HER2+ Hadapi dengan 3S
Ceritamamaasha
Oktober 14, 2019
33 Comments
Kehidupan terus berjalan dan waktu
adalah sebuah kesempatan untuk mengisi hari-hari dengan kebahagiaan. Hembusan
nafas seolah memberi semangat dan harapan yang lebih baik di masa yang akan
datang.
Ada kalimat bijak berkata, “masih
ada harapan dan senyuman selama matahari masih bersinar”. Hal ini yang membawa
langkah untuk menyusuri berbagai jalan yang akan dilalui.
Saya Hagayna Novitri seorang Ibu
bahagia yang dianugerahkan suami perhatian dan putri yang cantik. Sebagai ibu
muda banyak hal yang diimpikan, mulai dari pendidikan anak, traveling bersama keluarga kecil ke
beberapa tempat menyenangkan dan sebagainya.
Namun, di akhir akhir tahun 2018
seolah mimpi menjadi surut. Sore itu saya mulai merasakan ada benjolan di
payudara sebelah kanan. Awalnya biasa saja dan tidak terlalu khawatir karena
tidak merasa sakit.
Berjalannya waktu maka di awal
tahun 2019 saya merasa keberadaan benjolan semakin terasa sakit, mengeras serta
diikuti dengan nyeri punggung sebelah kanan. Perasaan mulai berkecamuk hingga
ada takut yang begitu mendalam. Saya tidak pernah berpikir diumur semuda ini
mendapatkan perasaan yang takut dengan sebuah penyakit yang berbahaya.
Alhasil,
saya memberanikan diri dan memeriksa seluruh bagian tubuh yang sakit ke dokter
pada bulan April 2019. Saat itu, hasil USG menunjukkan ada dugaan tumor ganas dan
disarankan untuk biopsi. Tangan mulai gemetar melihat hasil yang tidak
diharapkan.
Hati
dan pikiran yang mulai gelisah dengan apa yang akan terjadi. Namun, selalu
berusaha positif dan berharap ini bukan sebuah penyakit yang serius.
Sambil
berharap cemas menanti hasil biopsi maka tepat 16 Mei 2019, hasilnya pun ke
luar. Tidak terduga hari itu langit sangat mendung, hati saya terus menolak dan
saya positif mengalami breast cancer
pada payudara sebelah kanan.
Badan
saya mulai gemetar membaca hasil biopsi dan mulai lemah untuk menerima keadaan.
Melihat si kecil baru berusia 4 tahun dan saat itu rasanya seperti menerima
vonis mati.
Kehidupan
saya mulai tertekan, seolah tidak punya harapan. Setiap hari doa saya panjatkan
pada Sang Pencipta dengan air mata yang tiada henti. Berharap dapat lepas dari
sel kanker yang ada di dalam tubuh ini.
Tanpa
disadari semakin saya meratapi kondisi ini, maka kehidupan saya semakin
terpuruk. Keluarga besar merasa iba melihat kondisi ini. Tak hanya itu, suami
pun awalnya merasa shock namun dia
berusaha terlihat tegar dan tak hentinya memberikan semangat kepada jiwa saya
yang mulai rapuh.
Senyuman
akan terasa mudah hadir saat seseorang merasa sukacita, namun bagaimana disaat
kita memiliki penyakit dalam tubuh? Hal ini tentunya sangat sulit dilakukan. Namun,
saya harus bangkit dari keterpurukan ini dan hal pertama yang saya lakukan
adalah tersenyum.
Tersenyum
untuk kondisi yang dialami dan selalu percaya bahwa ada pelangi sehabis hujan. Bersyukurnya,
dengan keadaan seperti ini saya tidak pernah sendiri. Hadirnya keluarga
tercinta merupakan semangat awal saya untuk selalu tersenyum untuk mereka. Walaupun
proses kemoterapi tidaklah mudah untuk dilalui.
Dokter
menyarankan untuk menjalani kemoterapi selama 4x sebelum menjalani operasi dan
setelah itu harus melalui 4x kemoterapi lagi. Untuk membayangkan proses ini saja
sudah cukup sulit bagi saya. Namun, kembali dikuatkan oleh suami, anak dan
keluarga tercinta. Saya kembali tersenyum dan menghadapi roller coster yang saat ini dinaiki.
Saat
itu pun tiba, 21 Mei 2019 saya melakukan kemotrapi pertama. Kemotrapi
menghabiskan waktu selama 5 jam. Efek pertama yang dirasakan adalah mual dan
beberapa hari kemudian tubuh saya terasa ngilu dan lelah.
Melawan
rasa ngilu di sekujur tubuh tidaklah mudah, hati dan pikiran tidak tenang. Saya
mencoba melakukan aktivitas menyapu, mengepel dan pekerjaan lain untuk
mengalihkan rasa sakit tersebut.
Semenjak
sakit saya pindah ke rumah mertua, hal ini dikarenakan selama ini saya, suami
dan anak-anak tinggal di perkebunan yang berada di daerah terpencil. Tinggal
bersama mertua menjadi pendukung utama saya untuk dapat melalui berbagai
pengobatan.
Kata
semangat adalah kata yang paling berharga saat menjalani pengobatan.
Sejujurnya, agak lelah harus melalui pengobatan karena saya harus melewati
beberapa kota dengan perjalanan yang cukup jauh. Belum lagi saya harus
meninggalkan anak di usia emasnya.
Saya
selalu belajar untuk berpikiran positif dan ketika Sang Pencipta mengijinkan
penyakit ini ada di tubuh saya, tentunya DIA juga membreikan kekuatan yang
lebih. Saya tidak pernah ditinggalkan sendiri, sehingga pengobatan ini berjalan
dengan dukungan keluarga tercinta.
Alhasil, tetap semangat untuk melawati step by step pengobatan yang dilalui. Dalam
hati saya selalu berkata ‘Saya harus
sembuh’ dan banyak harapan serta cita-cita saya seusai sembuh nanti.
Kata
semangat juga hadir saat sedang menjalani kemoterapi ada seorang nenek berusia
55 tahun, setiap kemoterapi dia selalu tersenyum dan menyapa setiap perawat. Si
nenek menjalani kemoterapi ke – 5 dikarenakan kanker pankreas. Dia berkata
bahwa, apapun yang terjadi dalam hidup ini kita tidak boleh takut hadapi semua
dengan senyuman dan semangat yang baru setiap pagi.
Terkadang
saya merasa malu, orang tua saja selalu optimis untuk hidupnya sedangkan saya
yang masih muda selalu mengeluh dan ketakutan setiap menjalani kemoterapi. Oleh
karena itu, saya berkomitmen untuk selalu semangat dan tersenyum di kemoterapi
berikutnya.
Pada
kemoterapi ke – 2, rambut saya mulai rontok dan saya putuskan untuk mencukur
habis rambut. Bagi seorang wanita, memang tidak mudah kehilangan mahkota yang
paling indah dari tubuh ini. Apalagi rambut saya cukup lebat, hitam dan
panjang. Hal yang menyedihkan lagi, ketika si kecil menangis saat saya botak dan
tidak memiliki rambut.
Perlahan
saya memberikan pengertian dan dia pun menerima dengan segala yang baru dari
Mama-nya. Thanks God, suami pun selalu mendukung berada di samping dan tidak
pernah menilai buruk dengan kondisi saya. Dia selalu menilai saya tetap cantik
seperti dahulu, sehingga hal ini menjadi mood
booster bagi saya untuk menjalani hari lepas hari.
Sungguh
tidak mudah menjalani kemoterapi setiap 3 minggu sekali dan setelah kemoterapi ke
– 4, saya pun menjalani operasi pengangkatan payudara (masektomi) sebelah
kanan. Saat operasi, suami tercinta dan kakak ipar menemani saya.
Proses
operasi menghabiskan waktu 1 jam lalu seminggu saya harus berada di Rumah Sakit
selama masa pemulihan. Usai itu, dokter Onkologi menyampaikan bahwa akan
dilakukan kemoterapi sebanyak 4x lagi.
Setelah
selesai operasi saya sudah menjalani 2x kemoterapi. Kemoterapi selanjutnya
dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober 2019, saya tidak pernah menyangka mampu
menjalani ini semua. Tinggal sekali kemoterapi lagi, semangat, senyuman dan
sukacita saya masih menempel kuat di tubuh ini.
Saya
yakin dan mampu menjalani pengobatan ini sampai tuntas. Belajar untuk bersyukur
dan bersukacita setiap saat. Percaya bahwa tangan Tuhan tidak pernah
meninggalkan saya.
Selalu
belajar untuk bersukacita karena sukacita adalah obat yang sangat manjur. Saya
harus menuntaskan perjalanan pengobatan ini sampai selesai agar saya dapat
berkumpul kembali dengan keluarga tercinta, tertawa bersama dan membuat masakan
enak untuk suami dan anak saya.
Buat
siapapun kamu yang saat ini berjuang seperti saya, memang vonis kanker tidaklah
mudah untuk diterima. Terlebih perjuangan menjalani pengobatan, rasa yang sakit,
melelahkan dan butuh mental yang kuat, tidak perlu khawatir karena kita adalah
wanita yang kuat. Tuhan punya rencana yang besar untuk kita, keluarga bahkan
orang-orang di sekitar kita. Jalani semuanya dengan senyuman, semangat dan
sukacita untuk melawan HER2+. Kelak kita semua akan jadi pemenang untuk
penyakit ini.
Salam Kasih,
Hagayna Novitri